Segitiga Tak Terbaca
Dingin malam mulai merasuk hingga ketulang, namun mengapa sebuah paras masih terbayang.
Aku menutup mata sekali lagi, mengatur napas ku perlahan yang mulai tak pasti.
Hatiku bergemuruh, isi kepalaku mulai keruh.
Aku hanya takut untuk mengatakan bahwa aku jatuh, pada sebuah jurang yang sama sekali tak ingin aku sentuh.
Aku tak akan bisa marah padanya, bencipun juga percuma.
Menengadah dengan bulir disudut mata, bahkan sepatahpun tak bersua.
Kepada salah satu galaksi yang pernah ada, terimakasih sudah menyempatkan untuk singgah walau hanya sekejap saja.
Kau tak mati dibumi, hanya aku tak ingin kau kembali mengupas sebuah perih yang kini aku sudahi.
Teruntuk satu warna yang pernah hadir sebelum gulita, terimakasih sudah mengatakan sebuah kenyataan dengan jujur dan apa adanya.
Cinta yang kau punya mungkin jauh lebih besar, walau aku masih yakin jika rasaku sudah mengakar.
Kalian adalah dua insan yang berharga, hingga aku benar-benar lupa bagaimana cara untuk menjadi sosok yang kau kenal sejak lama.
Kalian tidak asing, akulah yang memilih melangkah untuk menjadi usang.
Kamu... ahh maaf.
Salah satu galaksi yang pernah hadir itu memang sudah tak ada lagi, namun akan tetap abadi hingga semuanya kembali.
Aku percaya akan kehidupan selanjutnya, semoga kita bertemu dan memulai kisah yang jauh lebih bahagia.
Kecewaku masih nampak jelas dari guratannya, tapi syukurku jauh lebih indah dari segalanya.
Jelas jika aku sudah terlihat lelah, untuk kisah yang tak sedikitpun dapat menumpahkan amarah.
Sempat terselip atas rasa tidak percaya, ketika kaum adam tak dapat terbaca, dan kaum hawa seolah bumerang semata.
Berkacapun percuma, diam dan bungkam adalah solusi yang cukup sederhana.
Hari ini,
malam ini,
ada bulir bening yang jatuh tak terkendali.
Jujur aku benar-benar lelah, namun percayalah jika aku hanya tak tahu bagaimana caranya untuk menyerah.
Aku memutuskan untuk merangkai pada lembar terakhir dalam buku, karena penaku tahu bukan ini tempat yang ia tuju.
Tuhan...
Jaga semua manusia bumi, aku bersyukur karena sudah dilewatkan kisah ini, dan semoga cukup aku yang pernah berada pada posisi sedalam ini.
Tertanda,
-penaberjalan-
Comments
Post a Comment