Mengurai Tanya

Lebih dari 3 bulan aku mempersiapkan diri,
hanya sekadar mengurai sebuah kalimat penuh persepsi. 
Kicau mulai bernyanyi,
mengudarakan kalimat singkat penuh arti. 

Bukan maksud tak punya hati,
hanya saja aku lupa bagaimana mengumpulkan nyali. 
Dingin berhembus hingga terasa nyeri,
menjerit penuh keyakinan jika tak akan seburuk apa yang memenuhi isi kepala ini. 

Aku memang tak pandai memulai bicara,
kepada kamu yang sukar sekali terbaca. 
Aku juga bingung harus memulai dari mana,
jika berbekal harus ku katakan hari ini juga. 

Bukan bermaksud terburu-buru,
hanya takut untuk memainkan rindu. 

Berjam-jam aku menahan napas,
untuk dentum jantung yang ingin terlepas. 

Satu... 

Masih saja tak kutemukan celah,
pada sorot bercahaya yang begitu tenang lebih leluasa. 

Tunggu,
aku masih ingin mencurimu,
pada sudut mataku yang kaku. 

Dua... 

Padahal ini bukan kali pertama aku benar-benar memiliki waktu bersama dia,
tapi nyaliku hilang entah kemana. 

Berawal dari kata "maaf sebelumnya...",
karena tak akan ku lukai pikiranmu yang begitu menenangkan rasa. 

Tiga... 

Satu kalimat cadangan yang sudah ku persiapkan mengudara begitu saja,
tanpa mengizinkan kalimat utama yang membuka suara. 

Satu persatu benang merah terurai dengan perlahan,
dalam kesederhanaan kata yang kau jadikan jawaban. 

Tak semua hal yang kita harapkan akan mulus terjadi di masa depan,
tapi lepas segala tanya yang sempat menjadi beban. 

Aku tak marah, tak pula kecewa... 

Semua yang kau katakan adalah ketenangan tanpa celah,
pada isi kepala juga hati yang mudah gundah. 

Kini aku mengerti,
mengapa Tuhan menciptakan Awan dan Hujan tak pernah saling berjauhan.
Karena mereka satu kesatuan,
tak terpisahkan. 

Suatu saat nanti,
kan ku ceritakan pada gelombang dan pasir tanpa alas kaki. 
Bahwa kamu adalah salah satu sosok dengan niat lembut tanpa sedikitpun berniat menyakiti,
menjadi sederhana selayak debur bergemuruh menahan diri untuk pergi. 

Terimakasih atas apa yang sudah terjadi,
hadirmu menjadi alur yang ternanti,
untuk nyali yang mukin tak akan lagi kau temui.

Sekali lagi terimakasih Awan, 
atas segala hal baik yang tak akan pernah ku lupakan. 


Tertanda, 
-penaberjalan-
(Hujan) 

Comments

Popular posts from this blog

Hello, Aku.

Alpaca dan Bianglala

Awan, dengan segala keteduhannya~