Sorry, I'm Scared

Kepada sua yang tak mampu mengudara pada semesta~

Pada bumi yang terus berputar,
Pada jalan yang lurus dan terjal, 
Pada awan yang semakin menghitam,
Pada malam yang tak lagi berkilau, 
Pada rasa yang bergemuruh dalam pasang surut gelombang samudra. 

Banyak tanya yang menuntut jawaban,
Ada hal yang tak mampu terurai kan,
Apalah daya anak panah arloji masih terus berjalan.

Kadang lelah hanya perlu istirahat sekejap, 
Melepas penat dengan duduk tanpa sandaran, 
Boleh juga dengan segelas air penghilang dahaga.

Tak ada yang tahu bagaimana semua ini mengudara, 
Tanpa suara yang mampu mengartikan isi kepala, 
Terpaksa bergulat dengan jiwa dibawah terik sang Surya. 

Gelombang samudra mulai menyapa, 
Merekahkan senyum keterkaguman yang tak pernah kusangka, 
Membawa bahagia meneduhkan gelap langit diatas sana.

"Ternyata, aku senang melihat air laut."

Ada yang bersorak bahagia, 
Sebagian dari duniaku mulai kau sapa, 
Entah dengan sadar atau tidaknya, 
Aku bahagia mendengar tawamu menggema. 

Pasir hari ini menjadi cambuk, 
Bahwa jejak kakiku akan segera terhapus oleh gelombang berbahaya, 
Sama halnya hati yang tak mampu diterka, 
Rasamu menjadi tanya besar menyumpal  isi kepala. 

Aku tak apa. 

Setidak apa-apa untuk tetap menjadi kawan yang selalu ada, 
Setidak apa-apa untuk tetap menjadi kawan yang akan membunuh perasaannya, 
Setidak apa-apa untuk tetap menjadi kawan yang memilih bungkam sejak lama.

Jujur, aku takut. 

Jika salah khilaf ku melukaimu, 
Jika salah khilaf ku menambah beban hidup mu, 
Jika salah khilaf ku membuncah mengacaukan hari-harimu barang sedetik saja. 

Maaf... 

Aku lebih memilih diam karena aku lelah memulai semua, 
Aku memilih diam karena aku menunggu kaulah yang memulai nya, 
Aku memilih diam karena aku tahu kau mampu membuat hari-hari ku jauh lebih indah dari sebelumnya. 

Jangan kau tanya seberapa dalam rasaku padamu, 
Jangan kau tanya bagaimana aku bisa memilih untuk menghentikan satu titik hanya untukmu, 
Jangan kau tanya apakah aku akan mampu menghentikan ini semua. 

Tapi maaf, aku takut. 

Jika suatu saat nanti lelah hati ini jauh lebih melukai, 
Jika suatu saat nanti aku tak lagi mampu menjadi kawan yang baik seperti sediakala, 
Jika suatu saat nanti aku tak lagi dapat membantu meringankan beban hidupmu barang sebentar saja. 

Maaf, aku berhenti. 

Untuk memaksakan diri berteduh pada sorot mu, 
Untuk mengagumimu dari jauh, 
Untuk mendustai hal negatif kenyataan dunia bahwa kita sangat mungkin untuk tak lagi bertemu. 

Sekali lagi, aku takut. 

Untuk mempertahankan abu-abu pada pelangi terindah dalam hidupku. 



Tertanda, 
-penaberjalan-


Note: Aku akan tetap disini, menunggu gelombang itu menjamu, melabuhkan hati bergenggam sang waktu, hingga waktu yang tak menentu. Percayalah, hatiku di kamu.

Comments

Popular posts from this blog

Hello, Aku.

Alpaca dan Bianglala

Awan, dengan segala keteduhannya~