Posts

Luruh

Assalamu'alaikum anak-anak I'mma.. Sudah bersama kakak nak? Kakak, Umma minta tolong jagain dedek yaa sayang. Baik-baik disana ya Anak-anak ku.. Memang berat melakukan aktivasi tanpa kalian, setelah lebih dari 4 pekan kalian bertahan. Tapi apalah daya takdir kehidupan, semua memang sudah rencana Tuhan. Sayang, baik-baik di Surga ya sayang. Nanti, Umma sama Apak akan kembali berpeluk dalam izin-Nya. Kalian, akan menjadi sejarah terbesar di hidup Umma. Segala hal indah yang akan tetap ada dalam hati Umma, dan cinta Umma akan tetap mengalir daerah untuk mu nak. Atas apapun yang sudah terjadi, walaupun harus mengucap seribu kali. Kata maaf Umma tak akan pernah mengembalikan kalian dalam rahim ini, Namun percayalah nak, Umma rindu akan kalian yang berada di Surga paling indah milik Illahi. Sayang, Anak-anak terbaik dalam perjalanan kisahku. Umma rindu akan bahagia bersama kalian sayang.. Awalnya memang Umma bingung, bagaimana hidup Umma tanpa berkesempatan untuk mendengar detak jant...

Teruntuk Anak Umma

Assalamu'alaikum nak.. Ini Umma, Terima kasih sudah tunjukkan diri bahwa kuasa Tuhan hadir dalam perut Umma.  Iya, dengan adanya kamu disana. Nak, percayalah..  Umma masih ingin kamu bertahan apapun yang terjadi Maaf, jika terkadang feeling Umma hilang perlahan Tapi tolonglah bertahan nak..  Jujur, Satu-satunya kuasa Tuhan yang Umma percaya adalah kehadiran kalian Selain datangnya Apak di hidup Umma Kalian juga berkah Tuhan tak terhingga nak Diantara sekian juta drama kehidupan yang Umma hadapi, Kehilangan kalian adalah hal yang tidak pernah bisa Umma Terima di Bumi Tidak akan bisa berhenti Umma untuk menyalahkan diri sendiri Karena, Umma belum siap untuk kehilangan anak-anak Umma untuk kesekian kali Nak, ada mimpi yang sebenarnya indah Namun, Umma masih menentang itu sebelum dokter yang menyatakan hasilnya Bertahan ya nak Umma janji, akan jaga kalian sekalipun mempertaruhkan hidup dan mati  Sayang-sayang nya Umma, percayalah Banyak do'a yang menginginkan kalian bert...

Alpaca dan Bianglala

Masih dalam nuansa libur lebaran, April 2021. Di bulan yang sama, di akhir bulan Ramadhan. Ponsel ku berdering begitu nyaring, sedikit bising hingga ibu menyerahkan benda mati namun hidup itu kepada sang pemilik. Iya, kepadaku. "Mbak, ini ada yang telpon." Lekas ku selesaikan kegiatan berkutat dengan penggorengan dan adonan yang baru saja terjun ke wajan. Duduk sembarangan, dan membenarkan napas karena takut ada kesalahan yang (segaja atau tidak) aku perbuat kepada sang lawan bicara. 'Apakah nilai anak beliau turun? ataukah aku yang salah dalam memberikan penjelasan ketika sesi les privat? atau ....?' Menepis isi kepala yang mulai berkeliaran tak karuan, menggeser tanda panggilan dengan segera dan lekas memberi salam. Singkat kata, aku membulatkan mata selepas mendengar kalimat yang benar-benar jauh di luar kepala. Menatap air muka ibu yang ikut bingung namun nampak jauh lebih tenang dariku tentunya. Ibu mengangguk, lalu ku selesaikan dengan baik pembicaraan di ponse...

Awan, dengan segala keteduhannya~

Kali ini aku ceritakan segala kisah singkat perihal Awan. Salah satu manusia bumi, dengan segala keteduhannya. Iya, Aku lebih nyaman memanggilnya Awan. Pergerakannya cukup perlahan, untuk aku yang nampak berlarian. Hangat genggamnya mampu meluruhkan beku suhu kegugupanku selama ini. Diantara segala gemuruh yang menjadi alasan keruhnya isi kepala, kalimat singkatnya mampu menjadi peredam dan penyeka air mata. Jujur aku sedang mencari, ruang kosong mana yang tak mampu ia penuhi. Entah bagian paling ujung, atau sudut dalam relung. Percaya tidak, keajaiban dunia perlahan menggenggam waktu dalam langkah kami yang belum juga mampu ku pidak. Satu persatu, segala hal yang luruh mulai benar-benar beku. Isi kepala yang buram dahulu, kini semakin mengabu. Ada apa dengan diriku? Satu sisi yang nampak indah dalam bayangnya, segala hal indah yang ia utarakan, benar-benar tak terbayangkan di kepala. Dari banyaknya insan di dunia, aku benar-benar bersyukur untuk dapat dipertemukan dengan sosok seperti...

Namanya, Surya.

Hai, apa kabar kalian? Disini, aku ingin menceritakan satu kisah anak manusia yang tengah kagum pada sosok manusia lainnya. Sosok yang entah sejak kapan terus bersarang dikepala, bahkan hingga satu minggu ini mulai meronta ingin mengudara. Baiklah, akan aku udarakan semuanya secara perlahan. Panggil dia Surya. Hai, Surya. Sehat, bahagia selalu dimanapun kamu ya. Laki-laki dengan sweater rajut merah dan kupluk hitamnya, jangan lupa dengan kaca mata minus yang selalu bertengger dan menjadi ciri khasnya. Laki-laki yang beberapa kali dengan sengaja atau tidak, segala tindakannya memiliki cahaya yang cukup menyilaukan mata terbanding lainnya. Itu mengapa, Surya adalah nama yang cocok untuknya. ‘Eh, ulang’ Tawa kami menggema entah untuk kesekian kalinya, pada momen yang hampir sama atau bahkan sama sekali tak terkira. Gemuruh menggebu dengan gulungan abu pun datang silih berganti, pada Surya yang mulai bergerak dengan dunianya atau cahaya lain yang menyilaukan memenuhi ruang terbuka. Jujur, ...

Hello, Aku.

Hello, Aku. Apa kabar? Sehat-sehat yaa. Aku tahu kamu hebat, kamu kuat, kamu bisa mewujudkan apa yang kamu inginkan. Terimakasih sudah terus berusaha menjadi versi terbaik dari dirimu, perihal apapun itu. Aku tahu kamu capek, aku tahu kamu butuh istirahat maksimal. Sekali lagi terimakasih, Sudah memilih tetap berdiri dengan topan menyerang. Perihal isi kepala yang mulai keruh bila bersanding dengan isi hati, Tetaplah waras degan segala resiko yang akan kau hadapi. Dibalik sebuah realita dunia yang fana ini,  Ada bahagia luar biasa pemberian Tuhan yang sudah menanti. Aku... Sepenat apapun cobaan yang datang silih berganti, Jangan pernah menyerah apalagi berhenti berfikir jernih walau hanya 1 detik yang belum terjadi. Percayalah, aku akan senantiasa menemanimu hingga izin Tuhan berhenti. Aku, bagian dari kasih Tuhan yang nyata dan tak akan pernah pergi darimu walau satu senti. Aku... I love you 🌻 Tertanda, -penaberjalan-

Cukup!

Gulita nampak lebih pekat dari biasanya, Bergenggam erat pada riuh guntur mengacaukan bunga tidur seketika Bukan kali pertama, namun nampak jauh lebih kacau dari sebelumnya Peluh yang ter harapkan hadir, sama sekali tak mengalir Bahkan hingga sang Surya mulai menyapa, masih dengan rekah 'aku baik-baik saja' yang sudah pasti terbaca sebaliknya Terik mulai menyengat, mengambil alih kekuatan pada agenda yang mengikat Namun hangatnya tak sampai pada diri hingga sang Mega mulai mengintip dari celah " Aku khawatir padamu" Kalimat ini nampak tak asing di kepala, namun hangatnya menjadi keajaiban pada diri seketika Peluh yang ter harapkan hadir bercucuran Hangat sang Surya seolah memeluk perlahan Bahkan, pada dingin malam yang beberapa hari tersalahkan mulai tergenggam tanpa perlawanan Perihal kisah pada lembar sebelumnya, atau bahkan penulis dengan kisah yang berbeda Hanya saja, sedikit kasih Tuhan nampak hadir mengambil alih segalanya Menampar kenyataan yang tertolak mentah...